Meskipun sebenarnya ujian ini dapat diakses dari mana saja, mahasiswa saya minta untuk hadir di satu tempat. Dikarenakan jumlah mahasiswa saya cukup banyak (lebih dari 100 orang) clan sulit menemukan ruang dengan komputer yang cukup banyak maka mereka dipecah ke tiga ruangan komputer.
Alasan untuk menghadirkan mereka secara fisik di satu tempat adalah daftar hadir kami masih konvensional, yaitu menggunakan tanda tangan di atas kertas. Selain itu, saya belum terlalu yakin dengan keandalan dari ujian online ini, baik dari kemampuan server maupun ketersediaan jaringan. Terkumpulnya peserta ujian di satu tempat, me,yakinkan saya bahwa akses (jaringan) mereka sama clan memudahkan untuk memberikan instruksi, menjawab pertanyaan, clan menangani masalah. Di kemudian hari, harapan saya mereka bisa melakukan ujian dari mana saja, selama mereka bisa mengakses server.
Betul saja, salah satu masalah yang kami temui adalah server tidak sanggup menangani beban peserta pada saat bersamaan. Waduh! Web server, yang juga digunakan untuk layanan lain, ternyata sempat jatuh terkapar beberapa kali. Demikian pula, ternyata jembatan antara web server dengan database sempat bermasalah. Masalah ini bisa dipecahkan dengan menyediakan sumber daya komputasi yang lebih besar.
Ketika server sedang jatuh maka mahasiswa hanya bisa menunggu. Lagi-lagi, untungnya mereka berada pada tempat yang sama sehingga bisa saya berikan instruksi secara manual, dan mereka tidak menjadi tegang (stress). Namun, ujian yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu 30 menit, menjadi lebih dari satu jam. Ini perlu diperhatikan. Harus ada waktu cadangan bila ada hat-hal yang tidak diinginkan, seperti server
susah diakses.
Setelah aplikasi bangkit lagi maka mahasiswa bisa melanjutkan ujiannya. Namun, sayangnya sebagian besar harus mengulang lagi. Nah, fitur quiz dapat diset agar mahasiswa bisa mengambil tes beberapa kali. Untungnya, saya konfigurasi agar mereka diperkenankan untuk mengulang ujian tersebut. Namun, ternyata ketika mengulang, mereka bisa tahu jawaban mana yang salah sehingga mereka bisa memperbaiki jawaban mereka. Di kemudian hari, jika sistem sudah sangat andal maka ujian bisa dibatasi untuk diambil sekali saja.
Satu masalah lain adalah bagaimana menghindari kecurangan seperti kerja sama (atau malah menggunakan joki) dan menyontek. Keberadaan mahasiswa pada satu tempat bisa menghindari joki. Saya masih belum tahu bagaimana caranya menghindari hal ini, apabila mahasiswa bebas melakukannya dari mana saja.
Moodle memiliki fatur pengacakan soal dan jawaban. Sistem bisa memilih 40 soal dari ratusan soal di bank soal. Untuk setiap soal pilihan berganda, jawaban bisa diacak urutannya. Hal ini disertai dengan batasan waktu agar dapat mengurangi kerja aama. Ujian yang saya lakukan kemarin belum melakukan hal ini. Toh, mahasiswa ternyata menikmati ujian sendiri-sendiri. Ternyata, hal ini tidak terlalu masalah.
Sumber : Majalah InfoLinux 05/2010
Alasan untuk menghadirkan mereka secara fisik di satu tempat adalah daftar hadir kami masih konvensional, yaitu menggunakan tanda tangan di atas kertas. Selain itu, saya belum terlalu yakin dengan keandalan dari ujian online ini, baik dari kemampuan server maupun ketersediaan jaringan. Terkumpulnya peserta ujian di satu tempat, me,yakinkan saya bahwa akses (jaringan) mereka sama clan memudahkan untuk memberikan instruksi, menjawab pertanyaan, clan menangani masalah. Di kemudian hari, harapan saya mereka bisa melakukan ujian dari mana saja, selama mereka bisa mengakses server.
Betul saja, salah satu masalah yang kami temui adalah server tidak sanggup menangani beban peserta pada saat bersamaan. Waduh! Web server, yang juga digunakan untuk layanan lain, ternyata sempat jatuh terkapar beberapa kali. Demikian pula, ternyata jembatan antara web server dengan database sempat bermasalah. Masalah ini bisa dipecahkan dengan menyediakan sumber daya komputasi yang lebih besar.
Ketika server sedang jatuh maka mahasiswa hanya bisa menunggu. Lagi-lagi, untungnya mereka berada pada tempat yang sama sehingga bisa saya berikan instruksi secara manual, dan mereka tidak menjadi tegang (stress). Namun, ujian yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu 30 menit, menjadi lebih dari satu jam. Ini perlu diperhatikan. Harus ada waktu cadangan bila ada hat-hal yang tidak diinginkan, seperti server
susah diakses.
Setelah aplikasi bangkit lagi maka mahasiswa bisa melanjutkan ujiannya. Namun, sayangnya sebagian besar harus mengulang lagi. Nah, fitur quiz dapat diset agar mahasiswa bisa mengambil tes beberapa kali. Untungnya, saya konfigurasi agar mereka diperkenankan untuk mengulang ujian tersebut. Namun, ternyata ketika mengulang, mereka bisa tahu jawaban mana yang salah sehingga mereka bisa memperbaiki jawaban mereka. Di kemudian hari, jika sistem sudah sangat andal maka ujian bisa dibatasi untuk diambil sekali saja.
Satu masalah lain adalah bagaimana menghindari kecurangan seperti kerja sama (atau malah menggunakan joki) dan menyontek. Keberadaan mahasiswa pada satu tempat bisa menghindari joki. Saya masih belum tahu bagaimana caranya menghindari hal ini, apabila mahasiswa bebas melakukannya dari mana saja.
Moodle memiliki fatur pengacakan soal dan jawaban. Sistem bisa memilih 40 soal dari ratusan soal di bank soal. Untuk setiap soal pilihan berganda, jawaban bisa diacak urutannya. Hal ini disertai dengan batasan waktu agar dapat mengurangi kerja aama. Ujian yang saya lakukan kemarin belum melakukan hal ini. Toh, mahasiswa ternyata menikmati ujian sendiri-sendiri. Ternyata, hal ini tidak terlalu masalah.
Sumber : Majalah InfoLinux 05/2010
No comments:
Post a Comment