Friday, September 24, 2010

Tabletop Exercise untuk Evaluasi Kajian Mandiri Sistem Proteksi Fisik di Kawasan Nuklir Serpong

Pada tanggal 20 September 2010, Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN) BATAN Dr. Taswanda Taryo, telah membuka kegiatan "Self Assessment Evaluation, Tabletop Exercise of Physical Protection" di Aula Gedung 71, Kawasan Nuklir Serpong. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 24 September 2010 ini, terselenggara berkat kerja sama antara BATAN, Sandia National Laboratories dan U.S. Departemnt of Energy. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang telah diselenggaran pada 24-25 Juni 2010, namun kali ini dalam skala yang lebih luas. Partisipan kegiatan ini meliputi unsur luar BATAN, seperti Bapeten, Puspiptek, Polsek Cisauk, Pam Obvit Puspiptek, Kompi Nubika TNI-AD, dan Ditzi TNI-AD.


Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN) BATAN mengharapkan kegiatan ini mampu memberikan kesadaran bagi personil yang bekerja dalam sistem proteksi fisik bahan nuklir dan fasilitas, untuk memberikan tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi khususnya untuk merespon setiap tindak kejahatan yang timbul di fasilitas dan bahan nuklir. Selain itu dapat meningkatkan pengetahuan khususnya menanggapi keadaan yang membahayakan bagi fasilitas dan bahan nuklir sesuai panduan yang sudah ditetapkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Diharapkan latihan ini dapat membantu Mengurangi Ancaman Global (Global Threat Reduction Initiative) dengan menyediakan fasilitas metodologi untuk menilai keamanan secara internal, untuk mengkaji secara keseluruhan efektivitas dan integrasi. Metodologi ini adalah, murah sederhana, pendekatan resolusi rendah untuk mendapatkan informasi tentang sistem proteksi fisik. Table Top Exercise memungkinkan kompilasi data dari tes kinerja yang terbatas untuk memberikan sistem yang dapat mengukur efektivitas secara luas.

Asumsi yang digunakan dalam latihan ini disusun oleh Tim Merah dan dipandu oleh Derek Farr, instruktur dari Sandia National Laboratories. Tugas Tim Merah adalah menyusun skenario untuk melakukan sabotase dan pencurian bahan nuklir. Dalam skenario tersebut, seolah-olah Tim Merah dibantu oleh orang dalam untuk melakukan pencurian dan sabotase. Ada 2 skenario yang telah disusun oleh Tim Merah. Skenario disusun tanpa diketahui oleh Tim Biru sebagai pihak yang melakukan respon terhadap gangguan keamanan. Namun skenario ini harus dipaparkan di depan Tim Hijau sebagai juri atau wasit. Tim Hijau inilah yang kemudian memanggil Tim Biru untuk merespon serangan yang dilakukan oleh Tim Merah. Juri mencatat detik demi detik apa saja yang dilakukan oleh Tim Biru sesuai dengan prosedur yang ada. Tim Hijau dipandu oleh Michael William dan Steven Hill, instruktur dari Sandia National Laboratories. Dengan menjajarkan timeline yang disusun oleh Tim Merah dan Tim Biru akan terlihat sejauh mana Tim Biru mampu me-respon gangguan oleh Tim Merah. Dari timeline juga bisa dilihat aspek mana yang masih kurang tanggap.

Pada dasarnya tim expert dari Sandia National Laboratories yang dipimpin oleh Scott Ravenhill (dari NNSA, US DoE) memberikan metodologi bagaimana cara melakukan kajian dan evaluasi sistem proteksi fisik yang ada saat ini, khususnya dalam menanggapi keadaan darurat. Dengan melakukan kajian mandiri diharapkan prosedur yang ada bisa diperbaiki dan ditingkatkan, atau justru bisa disederhanakan disesuaikan dengan kondisi saat ini. Dan jika prosedur terkait belum tersedia, tidak ada salahnya untuk diusulkan ke Pimpinan untuk disusun. Prosedur terkait dengan tata cara berkomunikasi pada saat-saat awal kejadian, bagaimana mekanisme menggerakkan petugas pengamanan ke TKP, bagaimana cara berkoordinasi dengan unsur-unsur terkait, bagaimana melakukan penanggulangan secara bersama-sama, dan bagaimana melakukan pengecekan seluruh sistem dengan periodik.