Monday, February 13, 2012

VLAN di H3C S3100-52P

Switch H3C S3100-52P sebenarnya produk dari Hewlett-Packard, meskipun pembuatnya adalah Hangzhou H3C Technologies Co., Ltd. Switch H3C S3100-52P adalah switch katagori layer 2 yang memiliki 48 port RJ45 Fast Ethernet dan 4 port SFT Gigabit Ethernet. Dalam kesempatan ini, switch H3C S3100-52P digunakan sebagai switch VLAN. Ada 3 jenis VLAN yang didukung oleh H3C S3100-52P, yaitu Port-Based VLAN, MAC-Based VLAN dan Protocol-Based VLAN. Namun yang saya gunakan adalah Port-Based VLAN.

Untuk mengkonfigurasi H3C S3100-52P saya menggunakan terminal VT220 melalui console port. Ada 2 jenis prompt, yaitu user view dan system view. Untuk bisa melakukan konfigurasi, harus melalui system view.

<h3c>system-view
System View: return to User View with Ctrl+Z.
[H3C]

Untuk membuat Port-Based VLAN pada port 5 s/d 8, perintah barisnya (CLI) adalah sbb :

[H3C]vlan 101
[H3C-vlan101]port Ethernet 1/0/5
[H3C-vlan101]port Ethernet 1/0/6
[H3C-vlan101]port Ethernet 1/0/7
[H3C-vlan101]port Ethernet 1/0/8
[H3C-vlan101]quit
[H3C]save
The configuration will be written to the device.
Are you sure?[Y/N]y
Please input the file name(*.cfg)(To leave the existing filename
 unchanged press the enter key):
Now saving current configuration to the device.
Saving configuration. Please wait...
....
 Unit1 save configuration flash:/config.cfg successfully

Perintah baris di atas menyebabkan port 5 s/d port 8 menjadi anggota VLAN 101. Jangan lupa untuk menjalankan perintah baris save, agar konfigurasi yang telah dibuat bisa tersimpan ke dalam flash.

Untuk melihat hasil konfigurasi, bisa dilakukan dari User View

<H3C>display vlan all

Pada layar terminal akan terlihat VLAN dan anggotanya. Anggota suatu VLAN dapat dilihat pada Untagged Ports.

Hapus Port VLAN

Misal ingin menghapus port 8 dari VLAN 101, maka langkahnya adalah sbb :


[H3C]vlan 101
[H3C-vlan101]undo port Ethernet 1/0/8
[H3C-vlan101]quit
[H3C]save


Pengujian Port-Based VLAN

Untuk menguji Port-Based VLAN, saya menggunakan 2 komputer yang diberi alamat IP yang se-subnet, yaitu 192.168.130.10/24 dan 192.168.130.11/24. PC1 dikoneksi ke port 1 dan PC2 dikoneksi ke port 2. Pengujian dilakukan dengan perintah baris PING.

Hasil :
  1. Ping port 1 ke port 3 : OK
  2. Ping port 1 ke port 5 : FAIL
  3. Ping port 5 ke port 7 : OK
  4. Ping port 5 ke port 9 : FAIL
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, PC yang terletak pada VLAN yang berbeda, secara logik tidak tersambung, meskipun secara fisik dalam sebuah switch. Konfigurasi ini akan menghemat jumlah switch layer 1. Jika dahulu, sebuah VLAN menggunakan sebuah switch independen 24 port meskipun port yang dipakai hanya 8 port, maka sekarang bisa menggunakan sebuah switch untuk beberapa VLAN sekaligus. Bisa jadi 4 unit switch biasa akan tergantikan dengan satu unit switch H3C S3100-52P.

Manual

Sayangnya, througput switch H3C S3100-52P masih 10/100 Mbps, belum sepenuhnya 1000 Mbps. Tidak seperti switch AT-GS950/48.

IP Addressing Configuration

Misal, ingin memberi alamat IP untuk interface 1 dengan alamat 192.168.131.2.

<H3C>system-view
[H3C]interface Vlan-interface 1
[H3C-Vlan-interface1]ip address 192.168.131.2 255.255.255.0

Setelah selesai menjalankan perintah di atas, jangan lupa test dengan PING.

Establishing an HTTP Connection

1) Assign an IP address to VLAN-interface 1 of the switch (VLAN 1 is the default VLAN of the switch). See section 3.5.1 "Telnetting to a Switch from a Terminal" for related information.

2) Configure the user name and the password on the switch for the Web network management user to log in.

Create a Web user account, setting both the user name and the password to “admin” and the user level to 3.

<H3C> system-view
[H3C] local-user admin
[H3C-luser-admin] service-type telnet level 3
[Sysname-luser-admin] password simple admin

3) Establish an HTTP connection between your PC and the switch, as shown in Figure 5-1.

Figure 5-1 Establish an HTTP connection between your PC and the switch

4) Log into the switch through IE. Launch IE on the Web-based network management terminal (your PC) and enter the IP address of the management VLAN interface of the switch in the address bar. (Make sure the route between the Web-based network management terminal and the switch is available.)

5) When the login authentication interface (as shown in Figure 5-2) appears, enter the user name and the password configured in step 2 and click to bring up the main page of the Web-based network management system.
Figure 5-2 The login page of the Web-based network management system





Sunday, February 12, 2012

Workshop Root Cause Analysis

Workshop atau pelatihan penggunaan "Root Cause Analysis" (Analisis Akar Penyebab Kecelakaan) adalah bagian dari Lokakarya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Lokakaraya K3 kali ini bertema "Optimasi Penerapan SMK3 untuk Pneingkatan Mutu Kinerja Produktifitas dan Kesadaran Keselamatan" dengan sub tema "Pembelajaran Kecelakaan Kerja Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas dan Budaya Keselamatan". Sebelum workshop, peserta diberikan presentasi oleh 5 orang nara sumber, 3 orang dari dalam lembaga, 3 orang dari luar lembaga.

Nara sumber dari luar lembaga adalah Ir. Saut T. Siahaan, M.Kes. Drs. Maman Suherman dan Fatma Lestari, Ph.D. Ir. Saut dari Sesditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberi presentasi dengan judul "Tata Cara Pelaporan dan Penyelidikan Insiden". Sedangkan Drs. Maman dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat memberikan presentasi dengan topik "Berbagai Kasus Kecelakaan sebagai Lesson Learned untuk Meningkatkan Budaya Keselamatan". Fatma Lestari, Ph.D memberikan presentasi dan workshop "Root Cause Analysis". Fatma adalah dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Workshop membahas kecelakaan kerja yang menyebabkan korban meninggal dunia. Ada 3 contoh kecelakaan yang diberikan, yaitu :
  1. Kecelakaan rubuhnya Versa Crane Raksana TM-TC3600 yang menyebabkan 4 kematian dan 6 luka-luka. Lokasi kecelakaan di pusat pengolahan BBM Houston, Texas.
  2. Kecelakaan saat kegiatan survey di perusahaan tambang batubara. Karena terpeleset saat melalukan pengambilan data di kedalaman kurang dari 1 meter, 2 karyawan meninggal dunia.
  3. Kecelakaan saat melakukan pekerjaan memompa ban dalam sebelah kiri crane KATO dengan compressor. Ban dalam keadaan tidak terpasang pada crane. Tiba-tiba ban meledak dan ring lock terlepas. Korban terpental sejauh 4 meteran dan akhirnya meninggal. 
Ada beberapa teroi/model kecelakaan, diantaranya :
  1. Heinrich model
  2. Swiss Cheese model
  3. Bird & Loftus model
  4. The Damaging Energy model
  5. Surrey model
  6. The Task - Demand model
  7. MORT (Management Oversight and Risk Tree)
  8. The Accident Weed
Untuk analisis akar penyebab kecelakaan, ada beberapa metode :
  1. Event Tree Analysis (ETA)
  2. Fault Tree Analysis (FTA)
  3. Failure Mode & Effect Analysis (FMEA)
  4. Systematic Cause and Analysis Tools (SCAT)
  5. Bird & Loftus - Loss Causation
  6. Fishbone Diagram
dari ke-enam analisis ini, yang digunakan dalam workshop ini hanya 3 metode, yaitu metode FMEA, SCAT dan FTA (kalau tidak salah). Soalnya kelompok saya kebagian metode FMEA, jadi tidak terlalu memperhatikan metode lain yang digunakan kelompok lain. 

Setiap kelompok hanya membahas satu jenis kasus dan menggunakan satu metode analisis akar penyebab kecelakaan. Kelompok 4, yang saya ikuti, menangani kasus ban meledak dengan metode FMEA. 

FMEA menggunakan tabel yang dibagi menjadi 9 kolom, yaitu item identification, function, failure mode, failure cause, failure effect on component or functional assembly, failure effect on next higher assembly, failure effect on system, failure detection method, remarks. Sebelum mengisi kolom-kolom ini, perlu diisi nama System = Crane, Sub system = Penggerak Roda dan Sub system element = Ban.

Item identification-nya adalah :
  1. Ban
  2. Compessor
  3. Hand held pressure gauge
  4. Lock ring
  5. SOP
  6. SDM
Function :
  1. Menopang crane
  2. Menambah angin untuk ban
  3. Mengukur tekanan ban
  4. Mengunci ban
  5. Pemandu pengisian tekanan ban, instruksi kerja
  6. Pelaksana SOP
Failure Mode :
  1. 3
  2. 4
  3. 3
  4. 4
  5. -
  6. -
Failure Cause :
  1. Ban tua
  2. Aliran udara tidak stabil
  3. Tidak terkalibrasi
  4. Tidak layak pakai, sudah tua
  5. Tidak diikuti, tidak sempurna
  6. Tidak memahami, tidak menjalankan
Failure effect on component or functional assembly :
  1. Pecah
  2. Tekanan tinggi
  3. -
  4. Lepas, mental
  5. -
  6. -
Failure effect on next higher assembly :
  1. Sistem penggerak roda tidak berfungsi
  2. -
  3. -
  4. Ban tidak berfungsi
  5. -
  6. -
Failure effect on system :
  1. Crane tidak berfungsi
  2. -
  3. -
  4. Sistem penggerak roda tidak berfungsi
  5. -
  6. -
Failure detection method :
  1. Melihat perubahan fisik (retak-retak, mengkilap)
  2. Melihat korosi, suara, penunjuk tekanan
  3. Jarum tidak berfungsi, cacat, tidak akurat
  4. Karatan, berubah bentuk
  5. Masih mulus, tidak ada revisi, lembar tidak lengkap
  6. Ceroboh, meremehkan
Remarks :
  1. Ganti ban secara rutin
  2. Lakukan perawatan secara rutin
  3. Menggunakan alat ukur in-line, digital, terkalibrasi
  4. Ganti secara periodik, taat waktu pakai
  5. Revisi SOP secara periodik, lakukan evaluasi dan sosialisasi
  6. Memberikan pelatihan, disiplin kerja, pelindung diri