Saturday, August 20, 2011

Tersesat di Bangkok

Saat itu sedang melakukan perjalanan ala backpacker di Bangkok. Karena slek (kesel) dengan supir tuk-tuk akhirnya harus jalan kaki untuk sampai ke hotel. Padahal gak tau jalan, dan gak ada nama jalan seperti di peta. Tanya orang, gak ada yang bisa baca peta. Maklum, di Thailand tidak menggunakan huruf latin dalam keseharian, waktu itu. Nikmati aja jalan kaki tanpa tujuan sambil memotret. Ini sebenarnya cerita lawas, namun masih sayang untuk dilupakan  begitu saja.

Awal kejadian terjadi ketika jalan-jalan disekitar benteng atau istana raja. Sedang asyik jalan, tiba-tiba ada seseorang menghampiri. Dengan cara yang sopan dan bahasa Inggris yang lumayan, ia menawarkan untuk menunjukkan 6 pagoda di sekitar Bangkok. Ia bilang, hanya 40 bath termasuk ongkos tuk-tuk. Langsung saja saya sanggupi karena memang sangat murah. Mungkin ia menawarkan karena saya membawa tustel dan peta jalan Periplus (Periplus Travel Map), mirip turis-turis. Padahal wajah saya gak beda jauh dengan wajah orang lokal.

Ia kemudian memanggil tuk-tuk yang sedang melintas. Setelah ia berbicara dengan supir tuk-tuk dengan bahasa yang tidak saya mengerti, kemudian ia menyuruh saya naik ke tuk-tuk. Kemudian dengan sigap, tuk-tuk meluncur menuju pagoda pertama. Sesampai pagoda pertama yang ternyata tidak jauh, saya disuruh masuk sendiri. Kalo saya perhatikan, apa yang menarik dari pagoda ini ya? Iseng-iseng saya bertanya kepada salah seorang yang ada di situ. Setelah bertanya sana-sini, saya tahu bahwa orang tersebut adalah pilot pesawat penumpang. Dulu ia adalah pilot F-16 dari Angkatan Udara Thailand (RTAF). Dia bilang gaji pilot AU kecil, makanya ia keluar dan kemudian menjadi pilot pesawat komersil.

Setelah setengah jam berlalu, saya minta diantar ke pagoda kedua. Ternyata ia antar ke sebuah toko. Setelah saya masuk, tahulah bahwa itu adalah sebuah toko perhiasan. Kontan saja saya gak tertarik dan segera cabut. Rupanya si supir tuk-tuk gak mau kalau saya buru-buru keluar toko. Tapi karena memang tidak tertarik, mau apalagi. Saya memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Rupanya si supir tuk-tuk tidak mau, inilah awal kekesalan saya. Langsung saja saya marah-marah dan saya kasih 10 bath sebagai ganti ongkos tadi. Rupanya si supir tuk-tuk gak mau, akhirnya saya tambah lagi 10 bath. Ia langsung tancap gas.

Di sinilah awal tersesatnya. Soalnya saya gak bisa menentukan dimana lokasi saat ini terhadap posisi di peta. Tanya orang juga gak ada yang bisa baca peta. Aneh pikirku. Saya baru sadar kalau banyak orang Bangkok yang tidak bisa baca tulisan latin, apalagi bahasa Inggris. Nasib jalan-jalan di negara yang punya huruf dan bahasa sendiri dan tidak mengerti bahasa Inggris. Sempat juga tanya salah satu satpam, hasilnya sama saja. Ia tidak faham bahasa Inggris dan membaca peta.

Jalan keluarnya apa ya? Mungkin sebaiknya bertanya kepada anak sekolah, misal SMP atau SMA. Sambil berjalan tanpa arah, saya mencoba tengok kanan dan kiri, barangkali aja ada anak sekolah. Kelihatannya ada anak sekolah yang menjaga toko minuman. Sambil belanja minuman, saya bertanya, dan alhamdulillah ia bisa menunjukkan jalan pulang, jadi tidak hanya posisi di peta saja. Setelah hampir berjalan 4 jam akhirnya sampai di hotel, sebelah stasiun KA Bangkok. Stasiunnya mirip stasiun Tanjung Priok, tempat bermain saya semasa SD.

Kendala bahasa dan huruf atau tulisan saya alami pula beberapa kali. Misal saat minta antar tukang ojek dari penginapan ke stasiun KA Pattaya, ternyata diantar ke terminal bis. Terpaksa jalan kaki dari terminal bis Pattaya ke stasiun KA Pattaya dengan menggendong ransel besar dan ransel kecil lebih dari 1 jam. Kendala lain terjadi saat selepas melintasi tapal batas Klong Yai, sebuah kota perbatasan dengan Kamboja di Cham Yeam. Saat itu saya mis-orientasi, dan gak tahu harus naik apa agar bisa melihat sunrise di Pattaya. Di Klong Yai sudah jam 6 sore. Setelah tanya sana sini karena gak ada yang faham peta, akhirnya saya ikut mobil turis lain yang ke arah Bangkok. Nanti di tengah jalan harus turun karena mobil akan langsung ke Bangkok tanpa lewat Pattaya.

Kalau saya lihat peta, saya seharusnya turun di Klaeng. Saya sangat terbantu dengan modal GPS Garmin 48, sebuah GPS jadul yang masih B/W. Sampai di Klaeng sudah jam 9 malam. Persoalan lain muncul, dengan apa saya bisa pergi ke Pattaya?. Saya bertanya ke orang-orang, gak ada yang bisa bahasa Inggris. Masak saya harus nginep di halte sih? Penginapan tidak ada.

Ada seorang tukang ojek yang faham maksud saya, meskipun tidak bisa ngomongnya. Dengan bahasa isyarat ia menuntun saya untuk menunggu di halte, dan ia menunggu saya. Ketika bis datang, saya disuruh naik bisa tersebut. Saya ikut kata si tukang ojek, karena saya yakin ia memang ingin menolong saya. Samapai di atas bis, saya mikir, gemana cara ngomong supaya bisa turun di Pattaya? Pada suatu titik, tinggal saya sendiri di bis dan saya disuruh turun karena bis mau masuk Pool, yang dapat saya tangkap. Mau gak mau saya harus turun.

Kalau saya lihat dari GPS, lokasi ini sudah masuk kota Pattaya. Saya coba mencari ojek dan minta diantar ke penginapan. Tanpa banyak kata-kata, si tukang ojek segera mengantarkan ke penginapan. Sampai beberapa kali bertanya ke penginapan-penginapan, akhirnya dapatlah penginapan yang kamar mandinya di dalam. Repot kalo kamar mandinya di luar. Memang sih, biasanya para backpacker memilih jenis yang terakhir.

Tersesat itu sebenarnya menyusahkan atau menyenangkan ya? Mudah-mudahan pengalaman tersesat Anda menjadi cerita sendiri.

Thursday, August 18, 2011

IGOS Sematkan GNOME 3

Distribusi Linux Nasional IGOS Nusantara (IGN) merupakan salah satu distro Indonesia yang hingga kini dikembangkan secara konsisten dan berkelanjutan. Distro yang menjadi bagian gerakan IGOS atau Indonesia: Go Open Source! mulai dikembangkan enam tahun lampau. Rilisnya kali ini menerbitkan versi beta1 pengembangan terkini IGN2011.

Distro IGOS Nusantara senantiasa menggunakan lingkungan desktop berlandasan GNOME. versi kali ini mengadopsi desktop generasi baru versi GNOME 3.0. Beberapa perubahan dari GNOME 2 ke GNOME 3 memerlukan kan adaptasi pengguna, agar memudahkan pengguna. Pengembang IGOS Nusantara tetap mengadaptasi beberapa bagian dari GNOME 2 digabung dengan GNOME 3. Paket aplikasi yang dikemas IGOS juga telah diperbaharui dan ditingkatkan ke versi terkini, antara lain Firefox4, LibreOffice 3.3.2, GNOME Media Player 1.0.2, Pidgin 2.7.11, Inkscape 0.48, GIMP 2.6.11, dan emulator aplikasi Windows dengan Wine 1.3.18. Ribuan paket lain di lumbung repositori juga siap dimanfaatkan pengguna. IGN 2011 menggunakan Kernel Linux 2.6.38.3.

Sumber : InfoLINUX 06/2011

Wikitext Parser Sweble

Sebuah langkah maju yang berpotensi besar bagi pengembangan Wikipedia telah dibuat. Sebuah teks parser, yang disebut Sweble, telah diumumkan dan dapat memecahkan masalah yang berjalan lama dari komunitas Wikipedia.

Dalam sebuah posting blog, Profesor Dirk Riehle, mempekerjakan mahasiswa PhD bernama Hannes Dohrn tahun 2009 untuk membuat Sweble. Ia menjelaskan wikitext, bahasa markup yang digunakan untuk membuat konten dalam Wikipedia dan situs Wikimedia lain, telah memiliki masalah utama yang buruk untuk didefinisikan. Wikitext tidak memiliki tata bahasa resmi dan penetapan aturan pengolahan atau output. Hal ini juga menyebabkan keraguan jangka panjang tentang kemampuan mengedit Wikipedia.

Sweble memecahkan masalah ini dengan menjadi penganalisis analisis lengkap Wikitext. Ia mampu memahami tabel dan template dan dengan informasi yang dapat di-generate ke abstract syntax trees dan document object models (DOM), tool lain yang selanjutnya memanipulasi.

Kinerja Sweble saat ini memang lebih lambat dari kode PHP tetapi ini mampu menjadi dasar pengembangan masa depan Wikitext.

Sumber : InfoLINUX 06/2011

OpenGamma, Software Analisis Finansia: Kini Open Source

0penGamma. sebuah perusahaan software yang berbasis di UK (Inggris) ini telah mengembangkan platform untuk melakukan analisis financial yang memungkinkan perusahaan jasa financial dapat mengkombinasikan data manajemen mereka dan melakukan kalkulasi dan analisis dengan single framework.

Platform yang masih dalam pengembangan, kini telah rilis sebagai preview open source, menggunakan dual lisensi dengan lisensi Apache 2.0 dan lisensi komersial. Preview baru di rilis dalam versi "beta-quality" sebagaimana yang telah dilakukan testing dan proses QA oleh OpenGamma. Rilis terbaru versi 0.7.0, mencakup data management layer, live data subsystem, calculation engine, analytics library, time series management system, dan juga library client yang dibentuk melalui Java dan C#. Hal ini bertujuan mempermudah aplikasi tersebut dan men-support secara "ad-hoc, near-real-time-streaming, batch/overnight dan scenario/stress-test analytic calculations".

Untuk saat ini, belum tersedia prebuilt data adapter untuk melakukan ekstraksi data dari somber seperti Bloomberg ataupun Thomson-Reuters. Walaupun demikian, OpenGamma juga sudah memiliki adapter untuk ini.

OpenGamma didirikan pada tahun 2009 dengan dana sebesar US$ 8,15 juta dari Accel Partners dan juga FirstMark Capital untuk membiayai pengembangannya. Saat ini, 70% dari pekerjanya bekerja di bagian research and development secara intens untuk membangun front-office and risk analytics systems untuk beberapa penyedia jasa financial. Dengan demikian, untuk mempercepat pertumbuhan software ini, perusahaan ini akhirnya merilis platform mereka sebagai open source yang merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan dan mengadopsi teknologi. Tertarik? Buka situs www.opengamma.com.

Sumber : InfoLINUX 06/2011

Fitur Terbaru VirtualBox

0racle telah merilis versi 4.0.6 dari cross-platform VM VirtualBox aplikasi desktop virtualisasi untuk hardware x86, update stabil ketiga untuk VirtualBox 4.0. Menurut para pengembang, pada update pemeliharaan fitur ini, ada lebih dari 50 perubahan dan pembaruan, termasukperbaikan untuk berbagai bug yang ditemukan di VirtualBox 4.0.4 dan penambahan dukungan untuk guest di Ubuntu 11.04.

Aplikasi sebelumnya terbatas untuk 64 cores/ hyper-threads. Pada rilis terbaru, fitur penambahan mendukung hingga 256 host cores (kecuali untuk host Windows), host key combinations, dan opsi untuk menyimpan snapshot dalam direktori VM.

Perubahan lain termasuk berbagai perbaikan untuk Mac OS X dan X11 host, dukungan untuk X.Org Server 1.10 final, beberapa tambahan Linux seperti dukungan auto-run ditingkatkan, juga perbaikan kernel 2.6.39-RC1 dan kebocoran beberapa memori juga telah diperbaiki.

Rincian mengenai update maintenance, termasuk daftar lengkap perubahan, dapat ditemukan di change log. VM VirtualBox 4.0.6 bisa di-download dan tersedia untuk OS Linux, Windows, Mac OS X, dan Solaris dan juga disertakan dokumentasi.

Sumber : InfoLINUX 06/2011

Google Summer of Code

Perusahan mesin pencari nomor satu Google mengadakan acara Summer of Code (GSoC) 2011 dengan memberikan beasiswa kepada 1.116 mahasiswa untuk melakukan pemrograman selama 3 bulan yang dialokasikan di 175 proyek free/open source software.

Acara GSoC yang diadakan Google sejak tahun 2005 menyediakan beasiswa sebesar US$ 5000 untuk mahasiswa yang diterima dan bergabung sebagai pengembang beragam proyek open source. Pengembang yang diterima dikaryakan selama beberapa minggu untuk proyek nyata yang realistic, termasuk dalam pembuatan fitur-fitur barn.

Untuk setiap proyek, Google menyiapkan mentor sebagai pembimbing dan pemberi dukungan di camping bertugas memotivasi dan mengevaluasi hash karya para peserta. Sejak kali pertama acara GSoC tahunan ini diadakan, Google telah memberdayakan sekitar 4.500 mahasiswa dari 85 negara yang dilibatkan di lebih dari 300 proyek open source.

Acara yang melibatkan 1.116 peserta ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011, selama 3 bulan. Di bulan Oktober, mentor summit akan mendiskusikan hash evaluasi, menampung saran perbaikan, dan pertukaran pengalaman selama GSoC berlangsung.

Sumber : InfoLINUX 06/2011

Perusahaan Jerman Migrasi 10.000 Mesinnya ke Ubuntu

Canonical sebagai penyedia jasa rekayasa perangkat lunak telah mengumumkan keberhasilannya dalam migrasi 10.000 desktop ke Ubuntu di perusahaan asuransi Jerman LVM Versicherung.

Proyek ini diawali dengan melakukan konsultasi ke tim layanan Canonical. LVM memutuskan untuk mengkonversi Ubuntu berkat komitmen berkelanjutan proyek Ubuntu untuk desktop serta jaminan kualitas dan ketersediaan layanan dukungan yang tepat dari sponsor proyek, Canonical. "Kami membutuhkan klien desktop berbasis Linux yang memiliki komitmen yang jelas dan masa depan pada desktop untuk memastikan bahwa kami mendapatkan jenis peralatan keamanan yang kami butuhkan." kata Werner Schmidt, CIO LVM. "Ubuntu pilihan yang jelas sehingga kami yakin dengan Canonical karena kemampuannya untuk skala dan komitmen perusahaan pada strategi bisnis dengan menggunakan client Linux. Ubuntu telah dikerahkan di perusahaan kami untuk beberapa waktu. Sekarang, untuk berbagai kasus digunakan (juga) dan kami sangat terkesan dengan apa yang kami lihat".

Beberapa aplikasi yang dibutuhkan LVM seperti OpenOffice, Lotus Notes, Adobe Reader, dan Aplikasi LAS - Aplikasi milik LVM berbasis Java untuk proses klaim asuransi didukung sepenuhnya oleh Ubuntu.

LVM mengkonversi lebih dari 10.000 laptop dan sistem desktop dalam dua tahap. Tahap pertama pada 7000 sistem di kantor-kantor cabang LVM seluruh Jerman, lalu, langkah kedua pada 3000 sistem di kantor pusat perusahaan di Munster.

"Ubuntu sebagai solusi desktop untuk perusahaan mulai tumbuh nyata," kata Steve George, VP Bussiness Development di Canonical. Banyak perusahaan yang mulai menyadari bahwa ada alternatif untuk mengakhiri pembayaran lisensi yang dilakukan terus-menerus dan dapat menghabiskan jutaan dolar. "Kami percaya bahwa investasi yang dilakukan LVM dalam mengkonversi ke Ubuntu, kerja sama Canonical, mendapat keuntungan berkali-kali."

Sumber : InfoLINUX 06/2011