Sunday, October 03, 2010

Teknologi Pendaratan Amfibi Era PD II

Teknik pendaratan amfibi pertama kali diaplikasikan di Perang Dunia II. Saat itu Departemen Peperangan AS di Washington, menetapkan agar operasi pendaratan amfibi dibagi menjadi 2. Operasi pendaratan di Atlantik diserahkan kepada US Army, dan operasi pendaratan di Pasifik diserahkan kepada USMC. Penugasan ini membutuhkan perlengkapan pendukung yang tidak sederhana guna mengurangi korban. Salah satu peralatannya adalah kendaraan pendarat.

Untuk kebutuhan pendaratan, USMC terkesan dengan kendaraan ciptaan Andrew Higgins dan New Orleans. Sebenarnya perahu ini untuk memenuhi kebutuhannya sendiri yaitu di perairan paya-paya sekitar tempat tinggalnya. Setelah US Navy dan USMC terkesan dengan Eureka ini, pada tahun 1938 Higgins diberi dana untuk mengembangannya. Hasil modifikasi Eureka menghasilkan Landing Craft Vehicle Personnel (LCVP) yang diuji pada tahun 1941, beberapa saat menjelang pecah PD II.

Selain LCVP, Marinir membutuhkan tank selama operasi pendaratan. Karena belum mendapatkannya, USMC menggunakan tank Sherman, 30 ton. Untuk mendaratkannya dibutuhkan kapal pendarat yang kemudian disebut dengan Landing Craft Mechanized (LCM), acap kali dijuluki "Mike".

Menghadapi pantai yang dipertahankan musuh, USMC tetap membutuhkan tank yang berkemampuan amfibi. Mabes USMC mendengar ada traktor yang dipakai di rawa-rawa Everglades, Florida. Traktor buatan Donald Roebling yang dinamai "Alligator" dianggap rumit dan dayanya kurang untuk keperluan militer. Tahun 1938, Roebling dan USMC mulai memodifikasi danterus menerus mengujicoba. Akhirnya pada tahun 1941 diadopsi sebagai tank pengangkut dan pendarat pasukan dan diberi nama Landing Vehicle Tracked (LVT). Namun LVT lebih sering disebut Amtrac atau Amphibian Tractor. Selama PD II, LVT telah berevolusi hingga LVT-4. Hingga sekarang LVT terus dikembangkan hingga LVT-7. Namun istilah LVT-7 diubah menjadi AAV-7A1 atau Assault Amphibious Vehicle. Sebanyak 10 unit tank LVT-7 inilah yang dihibahkan Korea ke Indonesia pada Desember 2009.

Untuk membawa Amtrac menuju titik pendaratan, dibutuhkan kapal tertentu. Landing Craft Tank (LCT) adalah kapal yang bisa membawa tank menuju pantai. Ada 2 tipe yang pernah dibuat. Masing-masing adalah Mk5 dengan pintu rampa di samping lambung dan Mk6 dengan tambahan pintu rampa depan. Sejumlah LCT dikonversi untuk membawa roket dan meriam. Landing Ship Tank (LST) adalah kapal yang bisa membawa kargo pasukan maupun ranpur langsung ke pantai. Selama PD II populasinya mencapai lebih 1000 unit. LST juga mampu membawa 1 unit LCT, 18 unit tank Sherman, dan 160 personil.

Selain itu masih ada Landing Craft Personel (LCP). Dari namanya bisa ditebak jika kapal ini dipakai untuk membawa personil militer menuju pantai. Tak ada fasilitas pintu rampa menjadi salah satu kekurangannya. Landing Craft Infantry (LCI), adalah kapal jenis lain yang digunakan mengangkut 200 pasukan. Pasukan turun melalui pintu rampa samping. Landing Ship Dock (LSD) adalah kapal yang ukurannya lebih besar dari LST dan digunakan sebagai bengkel terapung.

Sumber :
Majalah Angkasa Edisi Koleksi, "Marine At Pasific, Their Stories & Photo Chronicle", Bagian Pertama, Edisi No. 67. Jakarta 2010.

No comments:

Post a Comment