Baduy adalah sebuah suku yang sangat mempertahankan nilai-nilai asli budayanya. Baduy berada di Kabupaten Lebak, Banten. Untuk mencapai ke sana, dapat menggunakan kereta api dari Stasiun Serpong dan turun di Stasiun Rangkasbitung. Dari Stasiun Rangkasbitung, dilanjutkan dengan naik minibus (orang bilang sih "Elf") menuju Leuwidamar.
Untuk memasuki kawasan Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam sebaiknya menggunakan pemandu atau Guide. Ini agar komunikasi dengan penduduk menjadi tidak terkendala. Setidaknya kita juga bisa mendapat banyak informasi terkini terkait dengan keadaan masyarakat Baduy. Bahkan kita bisa mendapatkan informasi yang mungkin tidak ada di media manapun.
Dalam beberapa aspek kita patut angkat topi untuk masyarakat Baduy. Mereka bisa hidup damai dengan alam. Untuk dapat hidup, gak perlu merusak alam. Alam dibiarkan lestari. Meskipun rumah dan kebon tidak ada pagarnya, namun tetap aman. Masyarakat yang konsumtif tidak terlihat sama sekali. Namun jika mau konsumtif, mereka bisa keluar dari kampungnya.
Mereka bisa hidup tanpa listrik, radio, TV, koran, sekolahan, uang, pasar, kamar mandi, toilet, alat transportasi. Jual beli bisa dilakukan dengan barter. Antar kampung hanya ditempuh dengan jalan kaki saja. Meski untuk mencapai kampung lain harus turun naik bukit. Bagi mereka, naik turun bukit sudah biasa, namun bagi saya, sangat berat. Seperti naik turun gedung bertingkat 40 lewat tangga darurat.
Pada dasarnya mereka bisa menenun pakaian, namun jika barter dengan hasil bumi bisa mereka lakukan untuk mendapatkan bahan pakaian, mereka akan melakukannya. Beberapa rumah mereka sewakan untuk tempat kami menginap. Mungkin sewanya bisa mereka gunakan untuk membeli apa yang tidak bisa mereka hasilkan dari lahannya. Seperti ikan asin, garam, mie instant.
Kalau di Amerika Serikat, suku yang mirip Baduy adalah suku Amish. Mirip karena keinginan untuk mempertahankan budaya lamanya. Para perempuannya berpakaian seperti logo susu cap Nona. Suku Amish berasal dari daratan Eropa, yaitu Swiss. Mereka datang ke daratan Amerika Utara karena merasa terdesak dan tidak bisa menjalankan ajarannya. Suku ini banyak tinggal di negara bagian Ohio, Pennsylvania dan Indiana.
Dalam beberapa aspek kita patut angkat topi untuk masyarakat Baduy. Mereka bisa hidup damai dengan alam. Untuk dapat hidup, gak perlu merusak alam. Alam dibiarkan lestari. Meskipun rumah dan kebon tidak ada pagarnya, namun tetap aman. Masyarakat yang konsumtif tidak terlihat sama sekali. Namun jika mau konsumtif, mereka bisa keluar dari kampungnya.
Mereka bisa hidup tanpa listrik, radio, TV, koran, sekolahan, uang, pasar, kamar mandi, toilet, alat transportasi. Jual beli bisa dilakukan dengan barter. Antar kampung hanya ditempuh dengan jalan kaki saja. Meski untuk mencapai kampung lain harus turun naik bukit. Bagi mereka, naik turun bukit sudah biasa, namun bagi saya, sangat berat. Seperti naik turun gedung bertingkat 40 lewat tangga darurat.
Pada dasarnya mereka bisa menenun pakaian, namun jika barter dengan hasil bumi bisa mereka lakukan untuk mendapatkan bahan pakaian, mereka akan melakukannya. Beberapa rumah mereka sewakan untuk tempat kami menginap. Mungkin sewanya bisa mereka gunakan untuk membeli apa yang tidak bisa mereka hasilkan dari lahannya. Seperti ikan asin, garam, mie instant.
Kalau di Amerika Serikat, suku yang mirip Baduy adalah suku Amish. Mirip karena keinginan untuk mempertahankan budaya lamanya. Para perempuannya berpakaian seperti logo susu cap Nona. Suku Amish berasal dari daratan Eropa, yaitu Swiss. Mereka datang ke daratan Amerika Utara karena merasa terdesak dan tidak bisa menjalankan ajarannya. Suku ini banyak tinggal di negara bagian Ohio, Pennsylvania dan Indiana.
No comments:
Post a Comment