Friday, November 20, 2009

Angin: Kelebihan atau Kekurangan?

Angin, yang pada dasarnya timbul akibat penghangatan udara oleh matahari, hanyalah merupakan cara lain mengumpulkan tenaga surya - tetapi cara ini tetap dapat berfungsi pada cuaca berawan. Pada suatu sore saya berdiri di lapangan dekat pantai barat Denmark, di bawah langit yang begitu gelap dan penuh awan. Cuaca seperti ini akan membuat panel surya saya menjadi tak berfungsi. Namun tepat di atas saya, energi bebas polusi dihasilkan dalam jumlah besar. Baling-baling yang lebih panjang dari sayap pesawat terbang berputar perlahan diterpa hembusan angin selatan yang kuat. Itulah turbin angin.

Turbin yang berputar perlahan ini dapat menyesatkan. Setiap kali salah satu dari ketiga baling-baling yang panjangnya 40 m berputar, turbin ini mendesis saat membelah udara. Kecepatan puncaknya dapat melebihi 200 km per jam. Ternyata, tiap menara ini mampu memproduksi dua MW, hampir separuh dari keseluruhan energi yang dihasilkan lapangan matahari di Leipzig, Jerman.

Di Denmark, baling-baling yang berputar dalam kelompok kecil atau besar tampak di berbagai wilayah. Energi angin yang terpasang di Denmark saat ini jumlahnya lebih dari 3.000 MW - sekitar 20 persen dari kebutuhan listrik negara itu. Di kebanyakan negara Eropa, pengurangan pajak dalam jumlah besar yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon dan menyapih perekonomian dari minyak bumi dan batu bara, telah membuat marak industri energi angin. Benua ini memimpin dunia dalam energi angin, dengan jumlah hampir 35.000 MW, setara 35 pembangkit listrik besar bertenaga batu bara.

Amerika Utara, meski punya potensi besar untuk energi angin, tetap menempati nomor dua setelah Eropa, dengan hanya menghasilkan sekitar 7.000 MW. Kecuali untuk energi hidroelektris - yang telah menjalankan mesin-mesin selama berabad-abad, namun kurang tumbuh di negara-negara maju - saat ini angin adalah kisah sukses terbesar energi terbarukan.

"Ketika memulainya pada 1987, saya menghabiskan banyak waktu duduk di rumah para petani hingga larut malam, berbincang dengan para tetangga hanya untuk menjual satu turbin," ujar Hans Buus, direktur pengembangan Elsam, sebuah perusahaan energi Denmark. "Saya tak dapat membayangkan betapa banyak turbin angin sekarang."

Yang dia maksudkan bukan hanya jumlah turbin, melainkan juga ukuran turbin itu sendiri. Di Jerman, saya melihat prototipe turbin angin terbuat dari serat kaca dan baja setinggi 183 meter, memiliki baling-baling sepanjang 61,5 meter yang mampu menghasilkan listrik lima MW. Turbin ini bukan hanya menjadi monumen bagi rekayasa teknik, tetapi juga mewakili upaya untuk menghadapi tantangan baru dalam industri energi angin.

Salah satu tantangan baru adalah estetika. Lake District di Inggris adalah lanskap mengagumkan dengan bukit-bukit yang ditutupi pohon pakis dan lembah-lembah terpencil, kebanyakan dilindungi sebagai taman nasional. Tetapi di perbukitan tak jauh dari batas taman, masih dalam naungan keindahan lanskap, 27 menara telah direncanakan, masing-masing sebesar mesin dua MW di Denmark. Banyak penduduk setempat melancarkan protes. "Ini lanskap berkualitas tinggi," kata seorang pria. "Mereka tak seharusnya menempatkan turbin-turbin itu di sini."

Orang Denmark tampaknya lebih suka turbin daripada orang Inggris, barangkali karena banyak turbin di Denmark dimiliki bersama oleh penduduk setempat. Lebih sulit mengatakan "jangan di kebun saya" kalau sesuatu yang ada di kebun Anda itu ternyata menguntungkan.

Tetapi penolakan dari lingkungan bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi pembangunan energi angin. Di sepanjang penjuru Eropa, banyak lokasi yang memiliki tenaga angin tinggi telah menjadi tempat tinggal. Oleh karena itu, prototipe turbin angin berskala lima MW di Jerman dirancang untuk memproduksi listrik berskala besar di dekat laut, jauh dari lokasi berlanskap indah.

Banyak garis pantai memiliki area lapisan benua dangkal yang luas, di mana angin bertiup lebih kencang dibandingkan di daratan. Dan di mana, seperti diungkapkan seorang pakar angin, "tak satu pun makhluk mengeluhkannya.” Betapa pun, penduduk tertentu yang menolak keberadaan turbin angin terkadang masih keberatan memandang menara-menara turbin di cakrawala. Biaya pembangunan dan perawatan turbin angin lepas pantai lebih besar ketimbang turbin di daratan, tetapi turbin yang lebih besar ternyata lebih hemat biaya dibandingkan yang lebih kecil.

Masih ada tantangan lain. Seperti kapal layar, turbin angin dapat berhenti berhari-hari bila tak ada tiupan angin. Untuk memastikan produksi listrik yang tetap, sumber-sumber lain seperti pembangkit listrik batu bara, harus siaga mengambil alih ketika turbin tak berfungsi. Tetapi saat angin kencang menghasilkan banyak energi, pembangkit lain harus dikurangi produksinya, dan sistem pembangkit listrik dengan membakar bahan bakar tak mudah disesuaikan dengan cepat. Berlebihnya energi angin bisa juga merugikan. Denmark, misalnya, kadang-kadang terpaksa menjual energi yang berlebihan itu dengan harga tak menguntungkan ke negara tetangga seperti Norwegia dan Jerman.

Yang diperlukan pembangkit tenaga angin dan surya, adalah cara menyimpan kelebihan energi yang besar. Telah ada teknologi untuk mengubahnya menjadi bahan bakar seperti hidrogen atau etanol, atau memakainya untuk memompa udara, menyimpan energi yang kemudian dipakai untuk memproduksi listrik. Tetapi kebanyakan metode penyimpanan energi tersebut masih belum terjangkau secara ekonomis untuk saat ini. Segi positifnya, baik angin maupun tenaga surya dapat menyediakan apa yang disebut energi tersebar. Keduanya dapat menghasilkan listrik dalam jumlah kecil dekat si pemakai. Anda mungkin tak punya pembangkit listrik batu bara secara pribadi, tetapi Anda dapat memiliki kincir angin sendiri, dengan baterai untuk menyimpan energi yang dapat dipakai pada hari-hari tak ada angin.

Semakin banyak rumah atau masyarakat yang membuat energi angin mereka sendiri, maka semakin kecil dan murah pusat pembangkit listrik dan jalur transmisinya.

MENDAHULUI ZAMAN

Di Hamburg, Jerman, bus-bus tenang dan bersih yang berbahan bakar hidrogen melaju di jalan bersama kendaraan-kendaraan peminum bensin nan bising. Sembilan kota di Eropa mengoperasikan bus-bus semacam itu sebagai bagian program CUTE (Clean Urban Transport for Europe) Uni Eropa.

Sumber :
National Geographic, Agustus 2005. Halaman 65-69.
http://www.hornsrev.dk/Engelsk/nyheder/nyh_nov_02/uk-nov_02.htm
http://cute-hamburg.motum.revorm.com/press

No comments:

Post a Comment