Sunday, July 26, 2009

Sosialisasi OSS setengah hati

Dalam setiap sosialisasi maka unsur semarak tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi dalam dunia bisnis, mungkin promosi bisa menyerap hampir 40%. Sebuah biaya yang fantastis namun tanpa ini semua maka konsekuensinya adalah tidak laku. Lebih baik mengeluarkan banyak dana namun untung dari pada mengeluarkan dana minim namun rugi.

Dalam sosialisasi OSS, maka unsur semarak mustilah menjadi faktor penentu keberhasilan. Meskipun faktor-faktor lain tidaklah bisa dipungkiri andilnya. Dalam menggalakkan OSS perlu memperhatikan :
  1. Komitmen top management dengan segala konsekuensinya.
  2. Target capaian yang kuantitatif, baik di tingkat Satker maupun Lembaga.
  3. Merchandise : spanduk, banner, souvenir, T-Shirt, Baju, Jaket, topi, tas, dll
  4. Ketersedian data dan informasi sebelum dan sesudah sosialisasi.
  5. Pelatihan dengan berbagai jenis dan tingkatan, tempat, modul, instruktur, petugas back office.
  6. Ketersediaan petugas Help Desk 24 jam sehari 7 hari seminggu di setiap satuan kerja, dimana petugas perlu dibekali laptop, hard disk external, DVD-RW, dll yang dianggap perlu dan sesuai dengan karakter tempat kerja.
  7. Ketersediaan Repository Server yang teruji dan handal untuk kebutuhan update sistem, sehingga setiap kali update tidak harus ke server Internasional.
  8. Ketersediaan berbagai materi terkait OSS secara gratis atau berbayar, seperti buku/manual, majalah, CD, DVD.
  9. Sistem reward dan insentif bagi pelaku dan pelaksana yang berhasil menggunakan OSS
  10. Ketersediaan sarana komunikasi seperti telpon hot line, milis, forum, SMS Gateway untuk memudahkan komunikasi antara tim help desk dan end user.
  11. Tim setingkat lembaga yang memberi konsultasi dan pertimbangan bagi end user yang akan membeli komputer dan atau perangkat lunak.
  12. Tersedianya OSS Test Bad untuk menguji berbagai peripheral yang sulit dikenali oleh OSS.
  13. Tersedianya dana outsourcing untuk hal-hal yang tidak dapat tertangani oleh lembaga atau ingin penanganan lebih cepat.
  14. Adanya kebijakan untuk membeli perangkat keras yang sudah teruji berjalan di OSS, misal pengadaan printer, scanner, modem, dan peripheral lainnya.
  15. Ada keinginan kuat dari Kementrian lain untuk mendukung OSS, misal Kementrian Keuangan. Sehingga aplikasi yang dikembangkan oleh Kementrian Keuangan memiliki dua versi, Windows dan Linux. Tidak seperti sekarang, hanya ada versi Windows.
  16. Adanya kebijakan penentu anggaran untuk memperkecil atau menutup keran pembelian perangkat lunak. Setiap pembelian perangkta keras dan perangkat lunak perlu dikonsultasikan dengan Tim OSS (lintas satker).
  17. Terus menumbuhkan semangat berbagi (share)
Tanpa penangan secara komprehensif, maka upaya sosialisasi OSS menjadi sangat-sangat sulit. Enforcement adalah kata kunci awalnya.

Pada birokrasi, ironisnya, belum memahami untung dan rugi dalam menggunakan OSS. Kondisi ini semakin mempersulit sosialisasi OSS menuju kemandirian bangsa. Dan sikap meragukan kemampuan bangsa sendiri juga belumlah hilang betul. Harga mahal dan berasal dari luar negeri masih menjadi indikator kualitas suatu produk barang dan jasa. Jika seandainya saja ada tambahan DIPA bagi suatu lembaga yang sukses dalam menggunakan OSS, mungkin cerita akan menjadi lain.

No comments:

Post a Comment