Sunday, May 02, 2010

1800-1811, Jawa di bawah kekuasaan Perancis

Pada suatu masa, Jawa pernah berada di bawah kekuasaan Pemerintah Perancis. Masa itu adalah antara tahun 1808 - 1811, yaitu saat Hindia Timur di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Meskipun Daendels orang Belanda, namun sebenarnya ia adalah Jenderal Tentara Revolusioner Perancis sejak tahun 1795. Sebelum dikirim oleh Raja Belanda Louis (Lodewijk) Napoleon, adik Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte, Daendels adalah tuan tanah di Veluwe. Daendels dikirim ke Jawa untuk menyelamatkannya dari serangan Inggris.

Dengan semangat revolusi Perancis liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan), Maarschalk Herman Willem Daendels tiba di Anyer, Banten, pada 5 Januari 1808. Pada tanggal 14 Januari 1808, ia menggantikan posisi Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese sebagai pimpinan tertinggi di Hindia Belanda.

Perjalanan Daendels dari Eropa menuju Jawa cukup sulit. Karena semua lautan sudah dikuasai armada Kerajaan Inggris, Daendels harus kucing-kucingan. Pergi ke Pelabuhan Bordeaux, laut sudah diblokade Inggris. Jalur alternatif melewati Lisabon di Portugal pun terhadang blokade laut Inggris. Daendels harus menyamar dan memalsukan identitas agar dapat meloloskan diri.

Akhirnya Daendels meninggalkan Portugal dan tiba di Maroko. Di Maroko, Daendels sempat dirampok bajak laut sehingga kehilangan semua dokumen. Untuk mencari kapal ke Asia, Daendels harus meloloskan diri ke Kepulauan Kanari di lepas pantai barat Afrika - kini wilayah Spanyol. Di Pulau Kanari inilah Daendels berhasil menyewa kapal Virginia. Kapal Amerika inilah yang kemudian mengantarkannya menyelinap ke Pulau Jawa. Butuh waktu 10 bulan untuk perjalanan dari Eropa ke Jawa, yaitu sejak 18 Pebruari 1807 hingga 5 Januari 1808.

Perilaku Daendels yang terlalu keras, otoriter, kejam, yang jelas-jelas berlawanan dengan semboyan Revolusi Perancis yang dibangga-banggakannya, terdengar juga ke Negeri Belanda. Lawan-lawan politik Daendels menuduh Daendels terlalu mencari keuntungan sendiri, "terlalu kasar menusukkan pisau ke dalam luka", dan sering mengambil tindakan-tindakan keras, dan ebrtindak sangat kejam dalam melaksanakan rencana-rencana pembuatan jalan dan benteng.

Daendels pun harus meninggalkan segala proyeknya yang belum selesai di Jawa. Daendels dipanggil pulang ke negerinya dan diterima kembali sebagai Jenderal Divisi dalam Tentara Besar Kaisar Napoleon di Paris. Setelah kekaisaran Perancis jatuh, Daendels dikirim Raja Belanda sebagai Gubernur di Gold Coast, Afrika dan meninggal di sana pada tahun 1818.

Keberhasilan Daendels selama di Jawa adalah pembangunan Jalan Raya Pos (Grote Postweg) antara Anyer dan Panarukan sepanjang kurang-lebih 1000 km yang memakan ribuan korban jiwa. Ide ini diinspirasi oleh Jalan Raya Pos yang dibangun Imperium Romawi yang dikenal dengan nama Curcus Publicus (lembaga perposan waktu itu). Kekaisaran Romawi membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan Roma dengan kota-kota jajahannya yang meliputi hampir seluruh Eropa Barat.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda semasa kekuasaan Napoleon :
  1. Pieter Gerardus van Overstraten (1 Januari 1800 - 22 Agustus 1801)
  2. Johannes Siberg (22 Agustus 1801 - 1805)
  3. Albertus Hendricus Wiese (1805 - 4 Januari 1808)
  4. Herman Willem Daendels (5 Januari 1808 - 15 Mei 1811)
  5. Jan Willem Janssens (11 November 1810 - 18 September 1811)

Sumber :
Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas, 200 Tahun Anjer-Panaroekan, Jalan (untuk) Perubahan. Jakarta 2008.

Lihat juga :
Daftar Penguasa Hindia Belanda

No comments:

Post a Comment