Monday, December 21, 2009

Perlukah kita ngotot?

Ngotot bisa jadi adalah bentuk lain dari keinginan kuat untuk memperjuangkan sesuatu yang diyakini. Sehingga ngotot memang sangat diperlukan. Apalagi untuk memperjuangkan sesuatu kebenaran. Yang sulit adalah menentukan kapan ngotot itu harus berhenti. Disinilah setiap orang punya sistem nilai sendiri-sendiri untuk menentukan batasan ngotot. Pada sementara orang, batasan ngotot sangatlah simple atau sederhana. Bagi sementara orang yang lain, batasan tersebut kadangkala cukup komplek. Lagi-lagi tingkat kompleksitas akan berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain. Tergantung pengalaman bathin dan suasana kebathinan saat itu. (Gak ada yang eksak dalam hidup sosial).

Bisa saja orang lain bilang, "ayo, ngotot dong". Namun jika ybs merasa batas ngotonya sudah tercapai, pantaslah jika ybs tidak perlu ngotot lebih jauh. Meski orang lain menganggap ia belum cukup ngotot, namun jika isyarat bathin ybs mengatakan "it's enough", yaaa ... mau apa lagi. Bagi saya batasan upaya tersebut sudah dipenuhi jika unsur penjelasan logis sudah dilakukan, analogi sudah dikemukakan, perumpamaan sudah dijelaskan, dan intonasi suara sudah ditinggikan (gak enak kalau sudah terlalu tinggi). Jika melalui keempat cara ini, lawan kita tetap juga tidak mau faham, yaaa..... mau apa lagi. Sebenarnya masih tersisa satu lagi yang bisa diupayakan, DO'A.

Pernah suatu kali saya tetap memaksakan "ngotot" saya dan akhirnya berhasil. Di lubuk hati terdalam terbersit rasa gak galau, campur aduk. Seolah-olah seperti jual beli tapi kedua belah pihak tidak ikhlas. Dalam agama saya, jual beli semacam ini tidaklah sah. Lagi pula menang yang rada maksa tidaklah elegant, apalagi untuk jangka panjang.

That's mine, mau apa lagi.... gak suka my way, no problem.... silahkan....

Tulisan ini aku buat untuk sekedar mengekspresikan bagaimana jika aku harus menghadapi masa-masa pembagian kue anggaran yang aku rasa belumlah adil dan proporsional (menurut kaca mataku). Masih sama rasa dan sama rata. Khususnya bagi rekan sekerjaku yang mungkin gak puas dengan caraku yang tidak sesuai dengan keinginan dan jalan pikirannya. That's mine, pal. Yaaa..... mau apa lagi....

Di saat-saat semua orang butuh layanan Internet dan dukungan OSS, peningkatan belanja untuk keperluan tersebut praktis stagnant. Mungkin bagi orang lain, belanja yang ada sudah cukup besar. Di sinilah arti sebenarnya dari relatif. Ukuran sangat ditentukan acuan yang dipakai. Sementara acuan bisa jadi sesuatu yang sangat debatable. Repot kan....

No comments:

Post a Comment