Untuk mendapatkan seorang yang mampu dan mau melanjutkan pengelolaan sistem dan jaringan komputer (SJK) sungguh-sungguh berat. Apalagi jika standar yang dipakai adalah standar tertentu. Sebuah standar yang tercipta bersama dengan pengalaman mengelola sistem dan jaringan komputer selama puluhan tahun. Jika menggunakan standar 10 tahun lalu, tentunya sudah sangat usang dan bisa jadi ketinggalan jaman. Saat ini teknologi, cakupan area, jumlah peralatan, kompleksitas topologi, tuntutan pengguna, usia pengelola, motivasi pengelola, menjadikan standar harus disesuaikan. Tidak semua orang mampu bertahan bila setiap saat dan setiap waktu terus menerus menghadapi tantangan, cobaan dan ujian. Yang tidak tahan terhadap kontaminasi jaman, motivasi bisa jadi akan meluruh.
Penggunaan acuan beberapa tahun ke belakang sangatlah tidak arif. Jaman terus bergerak. Dan ini menyebabkan acuan atau referensi ikut bergerak. Sehingga jika kita tidak ikut bergerak, maka kecepatan relatif kita terhadap acuan tersebut bisa jadi negatif. Kita bergerak saja, bisa jadi kecepatan relatifnya nol. Ini akan terjadi bilamana kecepatan kita sama dengan kecepatan acuan.
Dalam keadaan normal, semua orang bisa mengelola sistem dan jaringan komputer.(SJK). Namun yang dibutuhkan adalah orang yang mampu berlaku normal meskipun keadaan sedang kritis. Dalam keadaan kritis inilah karakter orang dan perilaku dasar orang tersebut dapat dibaca dan dikenali dengan mudah (prinsip outbond). Kita dapat melihat apakah ia jenis SDM yang selamatkan diri masing-masing (egois) atau mendahulukan orang lain. Idealnya sih selamatkan dua-duanya. Namun yang ideal hanya ada dalam ide belaka.
Memahami dan melihat karakter dapat dilakukan dengan kegiatan outbond. Dengan teknik tertentu, instruktur bisa menilai karakter peserta. Dengan diketahuinya titik lemah karakter seseorang, diharapkan akan dapat dibantu untuk mencapai karakter yang dibutuhkan dan sesuai dengan bidang penugasannya. Sebagai contoh, untuk menjadi personil pasukan linud, pilot atau sniper di US Army, selalu dilakukan tes dimana situasinya dibuat kacau balau. Hal ini untuk menilai kemampuan personil dalam mengatasi situasi yang sangat-sangat kritis.
Beberapa karakter yang dibutuhkan untuk mengelola sistem dan jaringan komputer adalah mendahulukan kepentingan publik, mau berkorban segalanya untuk tugas (waktu, uang, keluarga, kesempatan sekolah, kesempatan training), pantang mengemis fasilitas, siap menerima cercaan jika gagal dalam melayani, siap tidak menerima perhargaan dan perhormatan atau apapun meskipun berhasil dalam menyelesaikan tugas (mission accomplished), siap dikenal olah semua orang, pantang menepuk dada, selalu merendah di hadapan slient, pantang menyembunyikan ilmu (karena hanya akan menyulitkan diri sendiri suatu saat kelak), mau berbagi ilmu dengan siapa saja, mau belajar kepada siapa saja (termasuk kepada yang lebih muda), selalu bekerja berdasarkan prosedur baku guna mempertahankan kualitas hasil kerja, mau belajar secara mandiri (otodidak) meski tak ada fasilitas, siap lembur (overtime meski tak dibayar), siap kurang tidur, selalu menemukan peluang di setiap rintangan dan tantangan. Wah.... kaya malaikat aja. Namun inilah yang aku rasakan.
Ini akan menjadi repot, jika apa yang saya utarakan di atas terkait dengan sebuah sistem nilai individu. Jika sistem nilai yang dianut oleh seseorang bersifat terbuka, maka ia akan mudah mengikuti keinginan jaman. Namun jika sistem nilai yang dianut aten dan tidak selaras dengan sistem nilai-nilai di bidang sistem dan jaringan komputer, maka proses perekrutan akan menjadi rumit.
Mess with the best, die like the rest.
Siapkah anda??? Silahkan berkomentar :-) Karena bisa jadi pikiran saya ngawur.
No comments:
Post a Comment