R. Otto Iskandar Dinata lahir pada tanggal 31 Maret 1897 di Bandung. Setelah menamatkan HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Bandung, ia melanjutkan pelajarannya di HKS (Hoogere Kweek School atau Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah tamat, ia bertugas sebagai guru di Banjarnegara dan kemudian dipindahkan ke Pekalongan. Di sana ia memasuki Budi Utomo dan kemudian diangkat sebagai wakil Budi Utomo dalam Dewan Kota. Ia kemudian bertengkar dengan Residen Pekalongan. Ia tetap bertahan dengan kebenarannya, sehingga residen itu dipindahkan ke tempat lain. Nama Otto semakin populer, sehingga Pemerintah Belanda menjadi cemas. Maka pada tahun 1928 ia pun dipindahkan ke Jakarta. Sebelum dipindahkan ia masih sempat memprakarsai berdirinya "Sekolah Kartini".
Di Jakarta ia mengajar di sekolah Muhammadiyah, di samping itu ia menjadi anggota Paguyuban Pasundan. Setelah ia menjadi ketua Pengurus Besar, paguyuban tersebut mendapat kemajuan pesat. Paguyuban Pasundan mendirikan sekolah-sekolah, bank dan sebagainya untuk kepentingan rakyat banyak. Kemudian Otto diangkat sebagai anggota Volksraad mewakili Paguyuban Pasundan. Karena keberaniannya mengecam Pemerintah Belanda di Volksraad, maka pada tahun 1935, Otto ditarik dari dewan tersebut. Ia sering dijuluki "Si Jalak Harupat" atau "Burung jalak yang berani".
Paguyuban Pasundan yang dipimpinnya mula-myula bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan pada tahun 1939 ikut bergabung ke dalam Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Pada zaman pendudukan Jepang parta-partai dibubarkan, termasuk Paguyuban Pasundan, Otto kemudian giat dalam dunia kewartawanan dengan menerbitkan surat kabar Warta Harian Cahaya. Di samping anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera), ia pun diangkat pula jadi anggota Jawa Hokokai (Badan Kebaktian Rakyat Jawa), kemudian anggota Cuo Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat).
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ia pun duduk dalam Panitian Persiapan Kemerdekaan Indonesia untuk turut menyusun Undang-Undang Dasar 1945. Ia ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan menjadi Menteri Negara dalam Kabinet R.I. Ia kemudian terbunuh dalam penculikan yang terjadi bulan Oktober 1945. Beliau meninggal dunia di Mauk (Banten) pada tanggal 20 Desember 1945. Jenazahnya kemudian dipindahkan dan dimakamkan di Bandung pada tahun 1947.
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 Nopember 1973
Sumber :
Album 97 Pahlawan Nasional, Cetakan ke-10, Penerbit Bahtera Jaya, Jakarta 1996. Halaman 47.
Lihat juga :
Biography Mr.Otto Iskandar Di Nata
Oto Iskandar Dinata, Pencetus Nama Proklamator
Data TMP Kalibata
Sip..JasMerah ya Pa..JAngan Sekali2 MElupakan sejaRAH. Makasih resumenya..sy sempat nonton juga tapi di akhir2. Dari yang saya tonton, beliau di culik karena dicurigai mata2 NICA (plus karena penampilan beliau yang putih dan tinggi besar)..hmm..apa ada info lain?
ReplyDeleteDalam Metro File, ditampilkan Prof. Dr. Rijana Abdurrasyid seorang Jaksa yang melakukan penyidikan kasus tersebut pada tahun 1945. Hasil penyidikan menunjukkan bahwa ada kesengajaan untuk menculik dan membunuhnya. Dan dilakukan oleh seorang Polisi dengan nama Mujitaba. Mungkin kalau saya sempat ke toko buku, akan saya coba cari buku tentang beliau. Semoga sukses di negeri orang
ReplyDelete