Saya punya beberapa alasan untuk mengetahui kegiatan di Bribin. Salah satunya adalah rasa ingin tahu sejak awal di tahun 2004. Kelihatnnya, lokasinya cukup eksotik. Lagi pula, saya punya saudara dari suami adik saya. Ia tinggal di Gunung Kidul. Pernah Ibu saya sekali kesana (ke rumah besan), sumurnya sangat dalammm sekali. Soalnya dasar sumurnya tidak terlihat. Air menjadi masalah yang berkepanjangan. Padahal seorang muslim harus selalu suci untuk menjalankan ibadah 5 kali sehari, suci diri, suci pakaian, dan suci segalanya. Salah satu saja tidak suci, hati akan terasa kurang nyaman saat menghadap sang Pencipta.
Dengan perencanaan yang tidak perlu matang, akhirnya saya dapat kesempatan untuk melihat dari dekat lokasi pengeboran Bribin, yang dikenal dengan Proyek Bribin II. Diharapkan, air yang diangkat dari sungai bawah tanah bisa untuk menghidupi masyarakat sekitar Kec. Semanu dan Wonosari. Inilah esensi dari teknologi, membuat hidup lebih mudah, kalau bisa lebih murah. Teknologi pro rakyat tidak harus teknologi tepat guna. Hi-tech juga bisa pro rakyat. Disini saya catat ada 4 perusahaan Jerman yang ikut berkiprah, yaitu KSB, Herrenknecht AG, VAG-Armaturen GmbH dan Walcher GmbH. Lembaga yang terlihat antara lain Karlsruhe Institute of Technology, Universitat Karlsruhe, Departemen Pekerjaan Umum, PT. Wijaya Karya, BATAN dan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta. Di belakang ini semua ada peran Kementerian Pendidikan dan Penelitian Jerman (Bundes Minister fuer Bildung und Forschung —BMBF) dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) Indonesia.
Saat saya berkunjung ke lokasi, sedang dilakukan 3 kegiatan, perbaikan salah satu pompa air, grouting atau injeksi semen, perbaikan katup pipa pembuangan. Karena pekerjaan-pekerjaan ini dilakukan di goa atau di bawah tanah, maka keberadaan gondola atau lift sangatlah diperlukan. Rasanya akan sangat berat jika harus menuruni tangga sedalam 104 meter. Pengoperasian gondola juga sangat tergantung pengoperasian Generator Set Siemens yang berkapasitas 112,5 kVA dengan kebutuhan solar hingga 20 liter per jam operasi.
Akibat perbaikan salah satu pompa, yaitu pompa No. 3, maka pasokan air baku ke reservoir di Kaligoro (2 x 500 m3) untuk smentara waktu dihentikan. Kerusakan pompa, diakibatkan oleh masuknya benda padat ke dalam pompa sehingga menyayat bagian dalam pompa. Saat ini pompa sudah selesai diperbaiki, tinggal pemasangannya. Perbaikan dilakukan di permukaan. Untuk membawa ke lokasi yang ada di goa tentunya perlu upaya khusus, mengingat kondisi yang cukup sulit. Karena saya keburu pulang, saya tidak melihat proses pemasangannya kembali. Proses pengangkatan ke permukaan tidak terlalu sulit karena dilepas komponen per komponen.
Pompa air mekanis yang dipasang dalam sistem ini adalah 5 unit, dimana 4 unit untuk beroperasi, 1 unit untuk cadangan. Disebut mekanis, karena sama sekali pompa ini tidak menggunakan tenaga listrik. Energi potensial air digunakan untuk menggerakkan kipas. Dengan menggunakan gear box, energi kinetik dari kipas digunakan kembali untuk menggerakkan pompa air agar air dapat diangkat hingga 150 meter (ini hanya perkiraan semata karena saya belum sempat ke Kaligoro untuk mengukur altitute-nya).
Energi potensial air bawah tanah ini juga digunakan untuk memutar turbin guna menghasilkan listrik 2,5 kVA bagi kebutuhan panel dan penerangan dalam goa saja. Listrik untuk gondola dan Kantor tidak diambilkan dari micro hydro power plant ini.
Di dalam ruangan goa, banyak sekali air yang jatuh dari langit-langit. Sehingga valve chamber harus sering dikuras dengan pompa. Dulu langit-langit ini pernah diinjeksi semen hingga ketingian 10 meter dari langit-langit. Untuk mengurangi tetesan air, akan dilakukan injeksi semen (grouting) kembali untuk menutup pori-pori batuan karst. Tetesan air ini juga membasahi panel yang ada di level -100 meter. Dikhawatirkan untuk jangka panjang akan bisa menyebabkan kerusakan atau mempercepat kerusakan.
Grouting dengan semen khusus akan dilakukan di 10 titik berbeda di langit-langit goa dimana instalasi ini berada. Dengan menyuntikkan semen tertentu dengan tekanan 20 bar, diharapkan porisitas bebatuan akan dikurangi atau ditutup sekalian. Pengeboran langit-langit direncanakan setingi 15 meter. Dan setiap 2 meter turun akan dilakukan injeksi. Membawa peralatan grouting ke dasar goa adalah masalah tersendiri, disamping ketinggian air bendungan yang masih di atas batas ambang. Saat awal saya meninjau, ketinggian pada level + 19 meter. Hal ini dapat dilihat pada Manometer yang terpasang pada dinding bendungan. Cara membacanya adalah penunjukan Manometer x 10 + 1,1 = ketinggian air bendungan pada sisi intake dalam meter. Dan ketika saya akan pulang, Manometer pada posisi 1,3 bar.
Untuk mengurangi ketinggian air pada sisi intake, dilakukan pembukaan katup pada kedua pipa pembuangan. Tampaknya ada sedikit kesulitan untuk membuka katup secara manual pada salah satu pipa pembuangan. Ketika saya pulangpun, upaya untuk membuka katup lebih besar dari 40% sedang diupayakan terus. Ketinggian air akan berpengaruh kepada proses grouting yang akan dilakukan.
Tampaknya rasa keingintahuan saya belum terpuaskan 100%. Jika ada kesempatan, saya akan meninjau lokasi terkait lainnya.
Foto : http://msmunir.batan.go.id/photos/bribin/index.html
Lihat juga :
http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=3902
http://www.hoehlenbewirtschaftung.de/Images/Oktober2008/En.html
No comments:
Post a Comment