Wednesday, March 23, 2011

Kenapa harus takut PLTN?

Saat ini kalau bertemu orang, nadanya sama bahwa PLTN itu berbahaya. Upaya untuk memiliki PLTN, bukan saja ditinjau lagi, namun perlu diurungkan. Sikap takut kemudian membuat menjadi mundur memang manusiawi. Untungnya tidak semua orang memiliki sifat itu. Yang repot jika sifat itu dimiliki para pemimpin, ulama dan cerdik pandai, yang dipimpinnya bisa jadi akan ikut saja.
Jika takut radiasi, PLTN ditolak. Bagaimana dengan sumber bahaya lain yang dapat merengggut jiwa manusia. Ada banyak sumber petaka di negeri ini, mungkin dinegara lain tidak terjadi. Sumebr petaka itu bisa berasal dari pantai, gunung berapi, sepeda motor, bis, kereta, hingga pesawat terbang. Kalau semua sumber petaka ini harus dihindari, dapat dibayangkan bagaimana kita harus hidup. Hidup tanpa sepeda, mobil, bis, kereta api, ferry, pesawat terbang. Hidup jauh dari gunung berapi dan pantai yang agak susah mengingat lahan di kawasan tertentu memang terbatas.

Cobalah bersahabat dengan resiko, barangkali resiko bisa diminimalkan tanpa harus membuang elemen yang beresiko. Bisa jadi elemen tersebut banyak menguntungkan. Jika kemudian ada resiko, itu wajar saja. Bagi umat muslim, wajib percaya atau beriman kepada takdir baik dan takdir buruk datangnya dari Allah SWT. Entah bagi orang yang tidak beraga atau tidak memahami agama.

Jika karena resiko kita harus mundur, bisa jadi tidak ada satupun orang yang mau menjadi tentara atau petugas keamanan. Karena posisi tersebut selalu berdampingan dengan resiko, bahkan resiko kematian. Tak ada lagi olahragawan terjun payung, gantole, terbang layang, arung jeram, dsb.

Sudahlah, gak usah terlalu takut. Toh masih ada Tuhan di atas sana yang akan melindungi dan menolong kita dari segala mara bahaya. Biarkan Tuhan yang menentukan siapa yang mendapatkan takdir baik dan siapa yang mendapatkan takdir buruk. We just try, not refuse.

Hanya bravemen yang memiliki masa depan cerah dengan segala resiko yang harus dilaluinya. Hidup ini sebenarnya sudah resiko. Haruskan diakhiri hidup ini? no way men... life must go on

Bersyukurlah masih ada para pemberani, sehingga kita semua terbebas dari penjajahan. Jika Anda takut tak perlu disebarkan kepada orang lain. Simpan untuk diri sendiri saja.

2 comments:

  1. Sekedar share argumen. Bukan masalah takut/tidak dalam mengimplementasikan PLTN tetapi lebih kepada kebutuhan. Seandainya negera kita seperti negara jepang yang sumber dayanya terbatas, mungkin PLTN bisa menjadi suatu alternatif walaupun disitu ada resiko. Di Indonesia sendiri, sumber daya begitu besar contohnya adalah batubara. Tetapi selama ini batubara lebih sering di ekspor dari pada untuk kebutuhan sendiri. Sehingga konsumsi listrik banyak yang tidak dapat dipenuhi.Sedangankan cadangan batubara di Indonesia sangatlah besar. Walau demikian rakyat tidak menikmati segala kekayaan yang ada. Mungkin Indonesia bisa belajar dari China, mereka lebih mementingkan kebutuhan sektor dalam negeri. Untuk saat ini PLTN tidak dibutuhkan tapi mungkin suatu saat bisa dimungkinkan.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas komentarnya. Pasokan listrik yang stabil akan membuat pertumbuhan ekonomi yang stabil, harga stabil, kebutuhan hidup stabil. Karena fruktuasi harga BBM dan ombak laut, pasokan bahan baku PLTU/D menjadi terhambat, yang pada akhirnya membuat listrik byar-pet. Bagi saya, dari pada PLTN, saya lebih suka PLTA, dijamin bersih lingkungan. Tapi kayaknya pemerintah dah tidak mau investasi PLTA. Jika seandainya PLTN khusus untuk sektor transportasi publik. Saya yakin harga tarif angkutan massal menjadi stabil dan terjangkau. Di Beijing, dengan 1 RMB, bisa kemana-mana dengan MRT. Tidak hanya MRT yang pakai listrik, bis kota juga pakai listrik. Atau kita membiasakan diri untuk hidup tanpa listrik saja. Jadi tidak ada perdebatan ttg PLTN dan tidak ada batu bara yang dibakar, tidak CO yang berlebihan. Tidak usah pergi kemana-mana, cukup di rumah, di kantor dan diantaranya saja. Hidup adem ayem. Bangsa pengecut hanya akan menjadi bangsa terjajah sampai kapanpun.

    ReplyDelete