Setiap kali ketemu Hari Raya 'Idul Fitri, aku selalu ingat saat ketinggalan sholat 'Ied. Saat itu aku sedang berada di KL (Kuala Lumpur). Pada hari-hari terakhir puasa, saya mencoba untuk meneruskan perjalanan ke Bangkok. Aku berharap bisa sholat 'Ied di Bangkok. Pengen tahu kayak apa sih sholat 'Ied di negeri Budha. Untuk itu saya pergi ke KL Sentral untuk beli tiket tren atau kereta api yang menuju Bangkok. Karena menjelang hari raya dan banyak yang pulang kampung, aku jadi gak kebagian tiket. Akhirnya aku mencoba alternatif yaitu menggunakan bas. Untuk itu aku segera pergi ke terminal bas Puduraya.
Sesampai di Puduraya, saya mencoba untuk melihat-lihat kawasan Puduraya. Kata orang, ini semacam kawasan para backpacker. Dan memang, kalau aku perhatiin banyak penginapan yang sangat murah di sini. Di sana sini ketemu orang bule dengan pakaian ala backpacker. Dan biasanya, jika ada backpacker ada warnet. Dan aku mencuba untuk berkirim e-mail ke tanah air untuk sekedar ngabarin posisi terakhir dan tujuan selanjutnya. Maklum udah 2 minggu meninggalkan tanah air.
Setelah beli tiket bas, bas segera meluncur dengan tujuan Butterworth, dekat Pulau Penang. Karena menurut petugas Stasiun KL Sentral, kemungkinan akan ada kereta api ke Bangkok tetapi melalui stasiun Butterworth. Tidak berapa lama setelah berangkat dari terminal Puduraya, bas berhenti sejenak di terminal Putrajaya untuk untuk mengambil penumpang lagi.
Bas meluncur melalui jalan bebas hambatan antara Johor Baru dan Butterworth. Sepanjang jalan sang sopir menyetel radio dengan lagu-lagu India. Maklum supirnya keturunan India. Mustinya ia memperdengarkan lagu-lagu yang netral yang bisa dinikmati oleh banyak penumpang. Bukan lagu-lagu yang bisa dinikmati oleh dirinya sendiri. Dalam suasana lebaran, banyak pengendara motor menggunakan sarana jalan tol, khususnya jalur paling kiri. Kalau di sini disebut dengan jalur bahu jalan. Tampaknya tidak ada larangan motor untuk menggunakan jalan tol. Kalau tidak salah, jalan tol ini dibangun oleh Mbak Tutut dengan pembayaran, salah satunya, ditukar dengan mobil Proton Saga. Hebat juga ya .... kita.
Pengguna jalan tol umumnya gak berani ngebut karena pada titik-titik tertentu dipasang kamera pemantau kecepatan. Alat tersebut kalau gak salah bisa mengambil foto kendaraan yang melampui kecepatan lengkap dengan foto kendaraan (plat nomor pasti kelihatan kan) dan nilai kecepatannya.
Sesampai di Butterworth saya langsung menuju stasiun tren. Ternyata tren baru ada esok pagi. Untuk ngirit pengeluaran saya terpaksa tidur di kursi panjang yang ada di stasiun. Gak seperti di Indonesia, kita bisa numpang di Masjid. Di Singapura dan Malaysia, dijamin akan diusir petugas. Apalagi di kedua negeri ini terkenal dengan banyak TKI dan TKW yang bermasalah. Mungkin kita bisa dianggap salah satunya.
Jam 06:34 pagi Waktu Malaysia, tren "Ekspres Langkawi (EL8)" milik perusahaan "Kereta Tanah Melayu Berhad" (KTM) berangkat menuju Hat Yai, Thailand Selatan. Jadi gak bisa langsung menuju Bangkok. Harus ganti kereta api di Hat Yai. Sampai di Hat Yai sekitar jam 10:15 pagi. Aku menggunakan tren "Kelas 2 Dingin (CMB)", begitu bunyi di tiket yang saya beli di Butterworth. Harga tikernya RM 13.00. Di tengah perjalanan kereta api yaitu sesaat sebelum memasuki wilayah Thailand, kereta api berhenti dan penumpang harus turun dan diperiksa di pos imigrasi. Semua penumpang turun (tanpa barang bawaan) untuk dicek di pos imigrasi Padangbasar, baik oleh imigrasi Malaysia maupun oleh imigrasi Thailand. Passport di stempel di kedua sisi pos imigrasi. Karena sesama anggota ASEAN, aku gak perlu pakai visa atau membayar visa. Namun ni akan berbeda jika kita masuk ke wilayah Kamboja, Vietnam dan Laos, meskipun sama-sama anggota ASEAN. Bersiap-siaplah merogoh US$ 25.
Di sepanjang perjalanan kereta api dari Butterworth - Padangbasar - Yala - Hat Yai, aku sempat ngobrol-ngobrol dengan warga Malaysia yang mau menengok keluarganya di Pattani, Thailand Selatan untuk berlebaran. Ia bilang kalau di Thailand, Hari Raya Aidil Fitri jatuh satu hari lebih cepat dibanding dengan di Malaysia atau Singapura. Pupus sudah harapan untuk bisa sholat 'Ied di Bangkok.
Sesampai di Hat Yai, aku turun dan mencari tiket kereta api ke Bangkok. Di Hat Yai memang agak sulit berkomunikasi, bahasa melayu gak bisa, english juga gak bisa, ya... akhirnya pakai bahasa isyarat. Aku ikut-ikutan saja dengan para backpacker lain. Tiket Hat Yai - Bangkok seharga 455 Baht untuk kelas 2. Karena kereta berangkat jam 16:12, aku menyempatkan diri untuk keliling-keliling sambil melihat kehidupan di propinsi muslim di Thailand ini. Dulu sih masih aman dan damai, gak seperti sekarang banyak konflik dengan pemberontak. Di sini makanan selalu ditulisan halal, jadi saya gak repot untuk menyantap makanan halal. Aku juga sempat melihat ada sebuah toko sepatu Bata, sepatu kesukaanku sedari kecil. Dalam gambar terlihat stasiun kereta api Bangkok mirip stasiun Kota di Jakarta.