Tidak ada pesawat yang dirancang Boeing secepat pembom B-52 --- satu minggu. Suatu rekor dalam sejarahnya! Itupun karena terdesak oleh deadline dari AU yang bermurah hati memberi kesempatan bagi pabrik Boeing sebelum program B-52 dialihkan kepada pabrik lain.
Army Air Force (AAF) Material Command tidak menyukai rancangan pembom turboprop B-52 yang dipresentasikan oleh George Schairer, ahli aerodinamika paling top di AS sekaligus kepala Aerodinamika Boeing. Ia didampingi oleh performance engineer Vaughn Blumenthal dan production specialist Art Carlson. Sosok pesawatnya tidak menarik, meski pada awalnya sewaktu tender, AAF minta dirancangkan pesawat turboprop. Saat itu pabrik mesin pesawat Pratt and Whitney sedang mengembangkan mesin baru yang cocok untuk pesawat B-52.
"Pembom turboprop B-52 bila diajukan ke Pentagon minggu depan, sudah pasti akan ditolak. Saat ini juga saya bisa mengatakan bahwa versi turboprop sudah mati sebelum lahir". tegas Kolonel Warden mewakili Jenderal Wolfe, kepala AAF Material Command.
"Akan ada B-52 baru dan superbomber itu akan merupakan pesawat jet". tambahnya dalam pertemuan 21 Oktober 1948 di Wright Field di Dayton, Ohio. Disebutkan bahwa kontrak untuk tender baru akan diadakan dalam waktu satu minggu.
Schairer berhasil meyakinkan Warden agar Boeing diberi kesempatan dalam dalam satu minggu tersebut guna mempresentasikan rancangan baru B-52 sebelum AAF mengalihkan ke perusahaan lain. Bila rancangan baru itu juga ditolak, tidak ada pilihan bagi Boeing kecuali harus mundur dalam program B-52.
"Baik. Tapi saya ingatkan bahwa umumnya makan waktu bulanan untuk menyiapkannya". Warden mengingatkan. Tepatnya, Schairer dan kedua rekannya hanya punya empat hari untuk menyiapkan suatu model serba baru dari sosok jet bomber B-52. Lagi pula kamar di Hotel Van Cleve, Ohio, tempat mereka bekerja menyiapkan jauh dari data, sumber dan dukungan jejaring Boeing di kota Seattle. Padahal itu semua mereka butuhkan untuk mewujudkan pembom jet B-52.
Suatu pekerjaan yang mustahil. Mereka tidak punya data yang dibutuhkan kecuali yang mereka bawa dan sudah ditolak AAF. "Satu-satunya yang kita punya adalah waktu satu minggu. Kenapa tidak mencoba membuat sesuatu dengan yang kita miliki itu," ujar George Schairer.
Begitu mereka masuk kamar suite hotel, Schairer langsung menghubungi Ed Wells, vice president engineering yang waktu itu sedang berada di pabrik Boeing di Wichita. "Saya akan membawa kertas formulir yang dibutuhkan" kata Ed Wells di seberang telepon. Ia kemudian langsung bergegas ke Bandar udara dan malam itu sudah bergabung di Van Cleve.
Schairer lalu mengontak dua insinyur top Boeing, performance specialist Bob Withington dan structure specialist Maynard Pennell. Secara kebetulan kedua ahli itu sedang berada di Wright Field memebri laporan progres pesawat B-52. Mereka setuju untuk bergabung di hotel Van Cleve. Setelah itu George Schairer bergegas ke toko hobi di kota Dayton untuk membeli kayu balsa, kayu pantek, pisau ukir, lem kayu dan cat metalik untuk membuat model jet B-52 yang akan mereka rancang dalam waktu kurang dari seminggu.
Ketika keenam orang ini berkumpul di kamar suite, mereka langsung setuju bahwa mereka harus merancang disain pesawat yang sepenuhnya serba baru dan wujudnya dua kali lebih besar dari B-55. Tanpa membuang waktu, Wells langsung mendisain perangkat roda pendarat dan nacelle (salah satu dari dua titik kritis dalam merancang pesawat). Withington menggambar sayapnya (salah satu bagian penting pesawat terbang). Pennell dan Carlson menghitung berat komponen pesawat. Blumenthal mendisain sisanya dan mencek data kinerja pesawat. Sementara Schairermembuat pesawat model kayu balsa.
Mereka bekerja sepanjang dari dan baru istirahat pada larut malam. Masing-masing orang ahli di bidang masing-masing (di kemudian hari Schairer, Pennell dan Withington menjadi vice president dan tiga lainnya menduduki jabatan penting). Pennell menyelesaikan pekerjaannya pada hari Sabtu kemudian kembali ke Seattle. Anggota lainnya baru menyelesaikan pekerjaan mereka hari Minggu. Withington dan Blumenthal merancang proposal dan menyewa seorang stenographer untuk menuangkan dalam ketikan rapi berupa suatu laporan.
Senin pagi Schairer masuk ke ruang kantor Warden, meletakkan di atas mejanya proposal 33 halaman setebal seperempat inci dengan kulit muka yang bagus mengenai pembomjet B-52. Dilengkapi sebuah pesawat model balsa B-52 berwarna silver metalik sepanjang 14 inci. Begitu melihat modelnya, Warden langsung tertarik. Suatu model pesawat yang bentuknya sangat baru, lain dari pada pesawat-pesawat yang pernah ada. Futuristik. Lebih mengagumkan lagi adalah pembom B-52 dengan delapan mesin jet nyantel pada pylon sayapnya terbang perdana pada 15 April 1952 persis sebagaimana digambarkan oleh angka-angka laporan dan model balsa yang diletakkan di atas meja Warden pada 25 Oktober 1948.
Sumber :
Majalah Angkasa Edisi Khusus "The Big Birds of Its Time", Desember 2007, halaman 61.
No comments:
Post a Comment