Ketika mendengar nama tempat Ujung Genteng, maka yang tersirat di kepala ini adalah sebuah tempat yang sunyi dan sepi. Tempat penyu bertelur dan pelepasan anak penyu (tukik). Bahkan kalau dilihat pada peta, untuk menuju kesana harus melewati daerah Jampang Kulon. Dan Jampang Kulon dikenal dengan daerah black magic. Jadi bisa dibayangkan ngerinya kalau pergi ke Ujung Genteng.
Ketika kami sampai di Pelabuhan Ratu, keinginan untuk pergi ke sanapun muncul lagi. Untuk itu aku berusaha mengumpulkan berbagai informasi, khususnya kepada petugas Hotel yang aku tempati, Hotel Mustika Ratu. Dari penuturan petugas hotel tersebut, tampaknya tidaklah terlalu serem amat. Dan aku memilih waktu siang hari untuk menuju ke sana. Jika menghadapi kendala di jalan, akan mudah untuk minta tolong.
Jarak antara Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng cukup jauh, sekitar 70 km. Karena jalan yang dilalui berkelok-kelok di atas punggung bukit, waktu tempuhnya pun bisa 3 kali lipat dibandingkan kalau jalannya lurus dan mendatar. Beberapa tempat menarik yang dilewati dari Pelabuhan Ratu ke Ujung Genteng antara lain Pantai Loji (6 km), Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa (10 km), Pantai Sangrai Wayang (12 km), Kecamatan Simpenan (28 km). Ada juga fasilitas LIPI yaitu UPT Loka Uji Teknik
Penambangan di Jampang Kulon (18 km). Setelah melalui Kecamatan Simpenan, perjalanan harus melalui Kiara Dua. Aku lupa mencatat jarak antara Pelabuhan Ratu ke Kiara Dua atau antara Simpenan dan Kiara Dua. Mudah-mudahan lain waktu aku bisa mengulanginya kembali.Kanan kiri jalan antara Pelabuhan Ratu, Simpenan dan Kiara Dua akan ditemui perkebunan teh dan hutan-hutan mahoni dan kaliandra di bawah pengelolaan Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten, KPH Sukabumi. Sepanjang jalan akan disuguhi pemandangan indah menawan nan hijau, sejauh mata memandang. Ini tentunya menyegarkan mata yang setiap waktu memandangi monitor :-)
Dari pertigaan Kiara Dua, ke Surade masih berjarak 35 km. Dan di sepanjang jalan ke Surade ini juga akan disuguhi pemandangan perkebunan teh dan karet milik PT. Bojong Asih. Ada juga perkebunan teh Surangga milik PT. Perkasa Nusa Guna (anak perusahaan Comexindo International). Beberapa kilometer sebelum Jampang Kulon, aku menyempatkan lihat Curug Pasir Piring. Keingintahuan ini dipicu oleh informasi yang terpampang di Kantor Dinas Pariwisata Sukabumi saat di Pelabuhan Ratu. Meskipun informasinya kurang jelas, namun akhirnya ketemu juga curug tersebut. Curug kurang terasa indah mengingat debit yang kecil akibat musim kemarau. Namun yang menarik justru menujunya. Kami harus melewati jalan-jalan setapak yang tampaknya jarang sekali dilewati sehingga kami harus menebas perdu agar bisa lewat. Curug tersebut terlihat bertingkat-tingkat. Jika dari jalan utama, curug tidaklah begitu terlihat jika mata kita tidak awas dan tidak dipandu oleh orang lokal. Dengan berjalan sekitar setengah jam, akhirnya sampai juga ke curug tersebut. Kelelahan selama berjalan kaki terbayar sudah. Apalagi saat kembali ke atas, harus melewati sawah yang bertingkat-tingkat (terasering). Lagi-lagi pemandangan nan hijau.
Sebelum sampai di Surade, kami istirahat dulu di Jampang Kulon, sekalian sholat dzuhur dan makan siang di warung makan dekat masjid.
Ada satu peristiwa yang luput untuk diabadikan, yaitu pelepasan tukik atau anak penyu ke laut bebas. Pelepasan tukik dilakukan pada sore hari ketika para predator sudah kenyang. Sementara saya harus kembali pulang siang hari. Next time, I'll back again.
Foto-foto klik sini.
Way Point GPS dari Garmin GPSmap 76CSx:
Pantai Loji : S 070 02.423'; E 1060 33.585'
Kiara Dua : S 070 07.876'; E 1060 37.332'
Curug Pasir Piring atau Curug Gentong : S 070 11.178'; E 1060 36.988'
Jampang kulon : S 070 14.454'; E 1060 37.521'
Surade : S 070 20.154'; E 1060 34.301'
Ujung Genteng : S 070 22.349'; E 1060 24.195'
Pangumbahan : S 070 19.776'; E 1060 23.851'
assalamu'alaikum.bangganya aku Anda telah menuliskan daerah aku di internet
ReplyDeletekapan main lagi ke daerahku
He he he , I always missed that time. A nice place, full of tranquality. Thanks to God.
ReplyDelete